Tidur Atau Ngobrol?

Coba deh kalian bayangin. Kalo suatu ketika kalian lagi booring banget di tambah lagi capek sekeliwet. Setelah itu badan, pikiran dan hati kalian cuman pengin tidur klo gak ea ngobrol aja. Setelah lama menimbang     …  …  …  … …… …… nimbang klo aku sendiri penginnya sih ngobrol aja. Niat ngobrol tersebut aku perkuat di hati karena klo ngobrol aku bisa sambil bikin tulisan dan sesekali membaca istigotsah (maklum lagi malem selasa). Akhirnya akupun meluruskan niat dan mengobrol bersama salah satu pejuang M2Net. Akupun mengobrol tanpa memperhatikan para pengurus yang sedari tadi seliwar     …  …  …  … …… …… seliwer. Setelah aku lolos beberapa kali, aku pun semakin bahwa aku lagi mendapat keberuntungan malam itu.

Lama aku mengobrol suara para pembaca istigotsahpun semakin mereda karena kantuk yang tak tertahan. Sedangkan aku sendiri masih asyik mengobrol dengan teman seperjuanganku tersebut. Tiba     …  …  …  … …… …… tiba akupun merasakan cuitan panas dari orang yang duduk tepat di belakangku. Berhubung aku takut nanti di omelin aku pun segera membaca istigotsah dengan kencangnya hingga ribuan matapun memelototiku karena mengganggu tidur mereka. Setelah melihat situasi dan kondisi si penguras eh pengurus tersebut sudah termakan angina akupun segera kembali ke kerjaan awal. Namun tiba     …  …  …  … …… …… tiba      … …  hal itu terjadi kembali.

Setelah lama aku bingung mau ngapain sedangkan badan dan kepalaku semakin terasa berat akhirnya akupun langsung memilih untuk tidur karena melihat situasi si pengurus tersebut tidak terlalu mengganggu orang tidur. Aku pun tertidur dengan kepala di topang oleh kedua telapak tangan nan lembut ini. lama aku tertidur dan akupun bermimpi di suatu pesta nan indah tiba     …  …  …  … …… …… tiba aku di bangunkan dengan suara \”ayo mbak bangun    …  …  …  … … istigotsah kok tidur wae?    …  …  …  … … aku pun segera membuka mata dengan sedikit kesal karena mimpi indahku hancur berantakan gara     …  …  …  … …… …… gara si pengurus tak tau diri yang ada di belakangku tersebut.

Singkat cerita, istigotsahpun selesai sedangkan aku masih duduk terdiam dgn menahan amarah karena pengurus yang ada di belakangku. Tiba     …  …  …  … …… …… tiba akupun berniat untuk tidur berbaring namun belum sempat aku melakukan hal tersebut. Terdengarlah suara orang memanggilku lirih sekali \”cha    …  …  …  … … cha    …  …  …  … …    …  …  …  … …. Suara itu bersumber dari orang yang duduk di belakangku, yang sedari tadi mencoba membangunkanku.

Akupun segera menoleh dan betapa malu dan sedinya aku saat melihat kakak kelas yang sudah ku anggap seperti kakak ku sendiri duduk menghadap pada diriku dan memberikan senyuman, entah apa makna senyum tersebut. Di dekat sana banyak pula penurus yang ikut tersenyum kepadaku. Seketika amarahku redam, dan akupun segera izin untuk mengambil wudhu (padahal blum batal). Setelah usai dari kamar mandi tak kusangkan ternyata mereka memberikan senyum manis kembali padaku. Sampai saat ini jika kami bertemu pasti senyum itu kembali muncul. Entah senyum kecewa atau lucu melihat tingkahku yang terlihat seperti anak kecil tersebut.