azzahra – Page 5 – Catatan Annisa
Categories
BERITA SEKOLAH

Gagal Lagi Gagal Lagi

MALHIKDUA- kegagalan acara evaluasi kembali terjadi (3/2). kegagalan terjadi karena adanya salah satu anggota yang menjadi juri speech pada hari ini, tak hanya sebab itu melainkan di pondok juga ada kegiatan GERAKAN JANTUNG SEHAT. sehingga surat undangan yang telah tersebar tak berfungsi. Namun bukan berarti anggota M2net asyik melewati liburan tapi mereka harus tetap meliput even – even yang ada. semua anggota di bagi sesuai kemampuannya dalam meliput dan mewawancarai.

Categories
BERITA SEKOLAH

Wajib Jalani Kewajiban

MALHIKDUA- Kewajiban bagi siswi mak dan siswi yang berspesifikasi bahasa untuk tidak mengikuti GERAKAN JANTUNG SEHAT (3/2). mereka semua di wajibkan untuk melihat speech contest dan memberi dukungan pada siswa malhikdua nantinya. mereka semua di janjikan mengikuti GERAKAN JANTUNG SEHAT pada hari esok, jumat – 4, februari 2011. namun, tak banyak dari mereka juga yang melanggar dan tetap ikut GERAKAN JANTUNG SEHAT tersebut.

Categories
BERITA PONDOK

Warna – Warni Santri

AL HIKMAH- santri al hikmah putra dan putri pagi dinihari awali kegiatan tidak seperti biasanya (3/2). di karenakan hari ini pondok mengadakan kegiatan GERAKAN JANTUNG SEHAT.      … …  kegiatan ini sangat jarang sekali di adakan pondok, malah hampir tidak pernah. semua santri terlihat unik dengan kerudung yang berwarna – warni sesuai komplek yang mereka tempati. ada yang memakai kerudung merah (Ummu Sulaim), kerudung biru (khafidzah) dll. semua santri tersebut berkumpul di lapangan sma dan berngkat bersama – sama menuju tempat tujuan.

Categories
BERITA PONDOK

Pengajian Abah Selalu Terdepan

AL HIKMAH- pagi dini hari ketika semua santri besiap mengikuti gerakan jantung sehat, namun beda untuk santri yang mengikuti pengajian jalalain (3/2). mereka harus tetap mengaji seperti biasanya, tak ada kata libur untuk pengajian abah. di akhir pengajian abah melarang santri yang ikut jalalain untuk gerakan jantung sehat “lebih baik kita di sini di bai’an saja” ucap abah di akhir pengajian dan menutupnya dengan al fatihah. santri yang mengaji jalalain sempat kecewa namun itu hanya sementara setelah itu mereka tetap menjalani perintah abah.

Categories
BERITA SEKOLAH

Tak Bisa Berekspresi

MALHIKDUA- tiga orang siswa gemparkan siswi kelas X SOS I (3/2). tiga siswa yang tidak jelas maksud kedatangannya tersebut membuat siswi X SOS I tercengang. mereka kurang bisa mengekspresikan maksud kedatangannya, sehingga memancing semua perhatian siswa untuk marah. akhirnya mereka mengikuti perintah salah satu siswi X SOS I untuk maju ke depan. ternyata mereka hanya meminta doa dan sumbangan untuk teman sekelasnya yang sedang masuk rumah sakit di karenakan terkena typus.

Categories
BERITA PONDOK

Penyakit Musiman Menyerang Santri

Benda- penyakit musiman berupa cacar menyerang puluhan santri (30/1). ini menyebabkan puluhan santri mendapatkan izin dengan mudah , bukan di karenakan libur melainkan sebab penyakit cacar yang terus menular dari satu santri ke santri yang lain, dari satu bilik ke bilik yang lain. penyakit ini memang divonis akan di alami oleh seseorang dalam seumur hidup satu kali. penyakit cacar menyebabkan infeksi pada kulit yang meninggalkan bekas jika si penderita sudah sembuh. penyakit ini di alami 1-2 minggu, rasanya panas dan gatal. ternyata tak hanya santri yang sedang musim penyakit cacar melainkan warga juga banyak yang terkena penyakit tersebut. “memang sedang musim cacar, karena udaranya sedang tidak baik” ujar salah satu dokter di rumah sakit yang beralokasikan di bumiayu.

Categories
BERITA SEKOLAH

PMI Adakan Donor Darah di Aliyah

Malhikdua- PMI (Palang Merah Indonesia) adakan program donor darah di malhikdua school(11/01). program ini hanya bisa di ikuti oleh siswa yang berusia 17 tahun keatas. sebelum transaksi melakukan darah mereka harus di periksa kekebalan tubuhnya terlebih dahulu. tidak semua siswa di perbolehkan mendonorkan darah, petugas juga harus memilah dan memilih dengan baik. setelah mereka dinyatakan sehat petugas langsung mengambil darah mereka melalui selang kecil yang langsung di salurkan ke kantung darah. proses tersebut berlangsung sangat singkat. seusai pengambilan darah petugas memberikan minuman berupa susu agar tenaga sang pendonor kembali pulih. kegiatan donor darah ini rutin di lakukan setiap satu tahun sekali. donor darah juga bertujuan agar kita belajar lebih ikhlas dan menumbuhkan rasa kemanusian pada penerus bangsa kita.

Categories
BERITA PONDOK

Fasilitas Penambah Wawasan Siswa

MALHIKDUA – peresmian warnet sekolah MA AL HIKMAH 02(13/01). siang tadi peresmian warnet sekolah yang di pimpin oleh pak sulkhi selaku penanggung jawab. harapan sang guru agar siswa siswi malhikdua lebih berkreasi tidak hanya berkutat dengan kitab, buku dll. namun agar mereka lebih mengerti berita dan informasi terbaru yang berada di luar lingkungan pondok pesantren al hikmah 02. ini juga sarana agar siswa bisa lebih cerdas dalam memahami pelajaran dan dengan mudah dapat berinteraksi social dengan orang lain yang pastinya jauh lebih rumit.

Categories
BERITA PONDOK

MENDADAK MATI LAMPU DI KALA TEST SEMESTER BERLANGSUNG

BENDA – siswa ilmu alat/ madin yang sedang berada di gedung – gedung mendadak ribut ketika lampu seketika mati selasa, 20:00(4/1). mereka semua bingung bagaimana harus mengerjakan soal semester. sedangkan guru mereka meminta untuk segera mengumpulkan lembar jawab. di lain sisi mereka sadar bahwa mereka baru mengerjakan beberapa soal. alat penerang yang tak kunjung datang membuat siwa semakin ribut, akhirnya banyak dari mereka yang pasrah dengan jawaban yang sedikit, namun mereka yakin bahwa guru mereka pasti lebih mengerti. karena memang ini semua tidak di sebabkan karena panitia atau yang lain. melainkan karena memang mati lampu dari pusatnya.

Categories
KARYAKU

SI KECIL, AISHA

Sastro terbaring di atas ranjang berbalut seprai putih sambil bersenandung. Cucu perempuannya tampak membaringkan kepalanya di sisi kakeknya ikut menikmati nyanyiannya walaupun gadis kecil itu jelas tidak mengenal lagunya. Sekali lagi, si cucu menyodorkan sebuah Juz Amma untuk kakeknya. Sastro hanya tersenyum, tahu akan apa yang bakal dikatakan cucunya.

\”Ayo kek, Aisha ajarin baca Al-Fatihah ya    …  …  …  … … pintanya polos dengan mata berharap.

\”lagi? Kemarin kan sudah    …  …  …  … …    …  …  …  … … elak Sastro dengan nada bercanda, walau suaranya terdengar parau, akibat tubuhnya yang kian melemah.

\”kemarin kan kakek belum selesai bacanya    …  …  …  … … protes Aisha sebal.

\”kakek ngantuk Aisha, kakek kan sakit    …  …  …  … … elak Sastro lagi kemudian langsung membalikkan tubuhnya pura-pura mendengkur.

Aisha tidak melanjutkan protesnya, dia percaya kakeknya benar-benar tidur. Gadis kecil itu berjinjit untuk mencium kening kakeknya dengan sayang.

\”maafin Aisha ya udah ganggu kakek, met bobo    …  …  …  … … Sastro tetap pura-pura tidur.

Sebenarnya Sastro sudah sejak lama hafal Al-Fatihah, bahkan hampir seluruh isi Al-Quran dia hapal. Bukankah dulunya dia seorang guru ngaji sebelum masuk tentara? Sastro serta merta teringat peristiwa lalu, kejadian pahit yang telah merubah hidupnya.

Aceh, 1953.

Peristiwa DI/TII, dimana sekelompok ekstrimis sedang memperjuangkan terwujudnya Indonesia sebagai negara Islam. Cuaca ketika itu mendung dengan angin berhembus kencang. Tampak para pejuang kedaulatan Indonesia sedang berpatroli di sekitar barak mereka yang sederhana.

Pakaian mereka tampak lusuh bersaput debu mesiu serta darah yang mengering. Janggut dan rambut juga dibiarkan tumbuh tanpa dicukur. Sastro ketika itu berpangkat letnan, sepuluh orang tentara muda menjadi tanggung jawabnya. Bedil senantiasa di tangan dan mata selalu awas berjaga.

\”sudah enam hari    …  …  …  … … kata rekannya yang bernama Basri sambil memainkan pisau.

\”kau rindu dengan istrimu?    …  …  …  … … ledek Sastro.

\”ngaco kamu, aku hanya kangen merokok, mulutku sepat rasanya    …  …  …  … … elak Basri.

\”di belantara begini mana ada yang menjual rokok    …  …  …  … … tanggap Sastro terkekeh.

\”aku ingin mencari di rimbunan semak sana. Pasti ada pohon tembakau walaupun cuma sebatang    …  …  …  … … kata Basri menunjuk sekumpulan tanaman lebat tak tertembus cahaya.

\”tapi lumayan jauh dari perkemahan kita, berbahaya kalau kamu pergi sendiri    …  …  …  … … cegah Sastro yang ditanggapi Basri dengan tawa.

\”sudah berapa tahun kau jadi tentara? tahukah kau berapa kali peluru nyaris membunuhku? Bah! Takdir di tangan Allah! Sudahlah kalau kau begitu khawatir kau ikut saja denganku    …  …  …  … … sahut Basri.

Sastro memandang kawan-kawannya yang tampak berjaga. Terbesit perasaan ragu dalam dirinya. Memang bukan sekali ini dia ikut berperang. entah berapa kali dia nyaris mati dalam perjuangannya. Tapi kali ini entah mengapa hatinya terasa berat sekali untuk mengikuti Basri.

\”kau mau ikut tidak?    …  …  …  … … Tanya Basri lagi. Dia akhirnya memutuskan untuk ikut. Sastro tahu Basri keras kepala, kalau sahabatnya mati, Sastro tidak akan pernah memaafkan dirinya. Siapa tahu para pemberontak itu akan membunuh Basri ketika dia sendirian.

Benar kata basri, beberapa batang pohon tembakau tampak tumbuh tegar di sana. Basri mengincar daun-daun yang sudah mengering, agar bisa langsung dilinting untuk dibakar.

\”ah nikmatnya    …  …  …  … … Basri menghela kepulan asap racun keluar dari paru-parunya. Baru saja mereka berpikir untuk kembali ke barak. Tiba-tiba terdengar samar suatu letusan senjata. Pertanda markas mereka tengah diserang.

\”Bedebah!    …  …  …  … … maki Basri sambil melemparkan lintingan tembakau yang susah payah dia dapatkan. Sastro gemetar karena firasatnya terbukti. Teman-temannya dalam bahaya.

Dan ketika mereka kembali ke tenda semua sudah terlambat. Sastro meraung murka karena para musuhnya berhasil kabur. Gerilyawan pemberontak itu juga meninggalkan tanda mata untuk Sastro dan tentara lain yang tersisa. Kepala-kepala tanpa tubuh, ditancapkan pada ruas-ruas bambu menghiasi tenda mereka.

\”mereka datang dengan pasukan yang tiga kali lipat lebih banyak dari kita    …  …  …  … … seorang anak buahnya menyeret tubuhnya yang terluka untuk melaporkan kejadian tadi kepada atasannya.

Sastro memeluk tubuh-tubuh tak bernyawa itu dengan air mata berlinang. Sementara Basri dan prajurit lain yang tersisa mencoba menenangkannya.

\”Ini perang Sastro    …  …  …  … …    …  …  …  … … Rintih Basri.

\”tidak hanya kita yang kehilangan, mereka juga    …  …  …  … …    …  …  …  … … tambah yang lain walau semua itu tidak berpengaruh bagi Sastro.

Sastro mengelilingi perkemahan, menyaksikan mimpi buruk yang paling dihindarinya. Mayat-mayat bergelimpangan, kepala terpenggal, usus berhamburan.

Sastro tidak habis pikir. Mereka Islam, tapi mereka tersesat terlampau jauh. Sebagai mantan guru ngaji dia sangat mengerti aturan peperangan. kalau mereka memang memahami kitab suci mereka tidak mungkin berani menyiksa musuhnya sedemikian rupa. Mereka seharusnya tahu kalau jiwa mereka yang membunuh di peperangan karena amarah dan nafsu tidak akan diterima di surga. Sastro gelap mata. Pikirannya tertutup amarah.

\”aku tidak mau Sholat lagi! Aku tidak mau disamakan seperti mereka!    …  …  …  … … Teriaknya berulang-ulang.

\”Astaghfirullah Sastro..Istighfar    …  …  …  … … ujar Basri untuk menenangkannya. Tapi otak Sastro sudah lebih dulu tersaput dendam.

Jakarta, 1999.

Sastro meneteskan air mata. Dia kini sudah menjadi kakek renta yang sedang menunggu ajal. Tubuh yang dulunya tegap berisi kini tinggal tulang berbalut kulit. dia takut mati. Dosanya terlampau besar. Dia malu terhadap sang pencipta.

Salah seorang anaknya mendekati ranjang. Dialah ibu dari Aisha. Gadis kecil yang tidak pernah jera meminta kakeknya mengaji.

\”pak    …  …  …  … …    …  …  …  … … putrinya memandangnya lekat-lekat, ingin memulai pembicaraan. Tampak matanya sembab seperti habis menangis.

\”dokter bilang umur bapak tidak lama lagi kan?    …  …  …  … … tebak Sastro. Putrinya menggeleng lemah.

\”dokter tidak bilang begitu, dia hanya bilang kalau bapak sakit parah dan sulit diobati    …  …  …  … …

\”itu sama saja    …  …  …  … … tanggap Sastro sambil tersenyum pahit. Kepalanya tiba-tiba pening. Pandangan matanya mengabur seakan ada ribuan kunang-kunang mengitari dirinya. dia lalu mengenang hidupnya yang tidak pernah membosankan.

Selama sisa hidupnya sastro dikenal sebagai orang yang baik. Dia tidak pernah mabuk-mabukan. Dia tidak pernah main perempuan. Dia selalu berkurban setiap Idul Adha. Dan Entah sudah berapa Mushola di Jakarta yang terus berdiri dan kokoh berkat sumbangan darinya.

Satu yang Sastro sesali adalah dia tidak pernah Sholat. Rasa ego dan janji bodohnya di masa lalu yang menyatakan tidak mau lagi menginjak sajadah membuatnya malu terhadap Sang Pencipta. Dia takut ibadahnya tidak diterima. Kini dia bahkan hampir lupa bagaimana caranya Sholat.

\”pak    …  …  …  … …    …  …  …  … … sapa putrinya yang segera membuyarkan lamunannya.

\”bapak belajar Sholat ya?    …  …  …  … … lanjut putrinya. Sastro cukup terkejut, karena selama ini putrinya seakan tidak pernah mempermasalahkan keislamannya. Sastro diam saja.

\”bapak sudah tahu dari dulu kan kalau mereka yang membunuh anak buah bapak secara sadis waktu perang dulu, sebenarnya adalah orang-orang yang tidak paham sama agamanya sendiri?    …  …  …  … … Sastro terbatuk, dia terkejut.

\”kamu kok tahu nak?    …  …  …  … … Tanya Sastro. Putrinya hanya tersenyum menenangkan.

\”beberapa tahun lalu pak Basri pernah cerita sama Lala, bapak jangan terus mendendam. Bapak jangan terpengaruh sama masa lalu. Percayai hati nurani bapak saja    …  …  …  … …    …  …  …  … … ujar Lala putrinya sabar. Sastro kembali membisu selama beberapa detik.

\”Bapak malu nak    …  …  …  … …    …  …  …  … … kata sastro akhirnya. Sebelum Lala sempat menanggapi. Pintu kamar Sastro terbuka. Dan masuklah Aisha, gadis kecil yang terus meneror Sastro selama beberapa tahun ini.

\”eh kakek udah bangun, sini Aisha ajarin baca Al-fatihah    …  …  …  … … Sastro merasa kehangatan tiba-tiba merayap di tubuhnya.

\”boleh, tapi ajarinnya pelan-pelan ya    …  …  …  … … Sastro berharap, ketika ajalnya menjemput. Dia bisa pergi dengan perasaan bangga.