Sahabat Adalah Segalanya – Catatan Annisa
Categories
KARYAKU

Sahabat Adalah Segalanya

pagi itu para syaithan seakan     …  …  …  … …… …… akan menggelayutiku. Mereka terus membisikki diriku agar tetap terjaga dari tidurku. Mereka tak pernah letih mengganggu iman seorang muslimah yang baru masuk pondok pesantren ini. Semakin beriringnya waktu, dinginpun semakin terasa sangat menusuk ke dalam tulang     …  …  …  … …… …… tulang tubuhku. Hingga aku tak kuasa duduk apalagi berdiri untuk menuju ke kamar mandi walau hanya untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat tahajjud yang hanya berjumlah 2 rakaat. Aku benar     …  …  …  … …… …… benar lebih memilih kembali tidur dan menarik selimut yang sedari tadi hanya menutupi kedua telapak kakiku.

\”ctar    …  …  …  … …    …  …  …  … ….. bangun     …  …  …  … …… …… bangun    …  …  …  … … teriak salah satu pengurus sambil memukul lemari yang ada tepat di depan pintu kamarku.

Akupun segera terbangun bersamaan dengan teman     …  …  …  … …… …… teman lain, yang sama     …  …  …  … …… …… sama sedang tergoda oleh para syaithan. Aku segera mengambil tempat sabunku yang berada di dalam lemari bagian bawah.

Aku segera berjalan gontai menuju ke arah kamar mandi yang letaknya sekitar 1 meter dari kamarku. Sambil melirik jam, kusadari bahwa ini baru pukul 03:00 pagi. Akupun menuju ke kamar mandi nomer 17 yang sudah menjadi tempat mandinya anak kamar 8 Usb (Ummu Sulaim Bawah) lebih tepatnya adalah kamarku. Tampak puluhan santri sedang terduduk sambil terkantuk     …  …  …  … …… …… kantuk di depan kamar mandi tersebut.

\”Bare terakhir siapa mba?    …  …  …  … … ucapku menanyakan antrian terakhir kolam.

\”Mba Puput    …  …  …  … … ucap salah satu kakak kelasku sambil menunjuk ke arah mba Puput.

\”Bare ya mba Puput    …  …  …  … … ucapku sambil membangunkan mba Puput.

\”iya    …  …  …  … …    …  …  …  … … jawab mba Puput setengah sadar.

* * *

Aku segera mengucapkan salam dan pergi melangkahkan kaki menuju masjid. Setiba di masjid rasa dingin kembali menusuk tulang     …  …  …  … …… …… tulang punggungku. Namun, bagaimanapun juga aku harus tetap melaksanakan shalat berjamaah karena itu sudah menjadi aturan bagi seorang santri. Setelah melaksanakan dua rakaat shalat shubuh dan pengajian al quran akupun segera menuju kamarku dan bersiap     …  …  …  … …… …… siap untuk pergi ke sekolah. Tetapi seperti biasanya aku harus kembali mengantri demi mendapatkan sepiring nasi yang biasanya hanya berlauk tempe, tahu, dan sayur     …  …  …  … …… …… sayuran yang rasanyapun tidak terlalu sedap.

Di sekolah

\”hai, nama kamu siapa?    …  …  …  … … tanya salah satu orang yang sama     …  …  …  … …… …… sama masih baru denganku.

\”panggil saja aku icha. Nama kamu sih siapa?    …  …  …  … … tanyaku sambil merapihkan buku     …  …  …  … …… …… buku yang hampir terjatuh di tanganku, karena aku tak terbiasa membawa buku tanpa tas.

\”aku shela    …  …  …  … … jawabnya sambil tersenyum menunjuk ke arah kelasnya yang sudah ada tepat di hadapan kami.

Akupun hanya membalasnya dengan senyuman. Dan terus berjalan mencari ruang kelas yang bertuliskan X Ips 1. sekolahku memang berbeda dari sekolah     …  …  …  … …… …… sekolah yang lain. Pembagian jurusan sudah di tentukan sejak kami kelas 3, agar nantinya bisa konsen terhadap jurusan masing     …  …  …  … …… …… masing sejak kelas 1.

Akhirnya aku menemukan kelas yang berada tepat di depan ruang guru. Tampak ada anak yang sedang duduk manis dan beberapa lainnya terlihat sudah sangat akrab. Akupun segera masuk dengan mengucapkan salam dan menyunggingkan senyum termanisku.

\”wa\’alaikum salam    …  …  …  … … ucap salah satu dari mereka dan yang lainnya hanya bisa menatapku penuh tanda tanya.

\”ada apa ya?    …  …  …  … … tanyaku sambil melihat badanku sendiri takut ada yang aneh.

\”kamu anak baru?    …  …  …  … … ucap salah satu dari mereka yang terlihat seperti ketua ganknya.

\”iya, bukannya kalian juga anak baru?    …  …  …  … … jawabku sambil kembali bertanya.

\”kita tuh alumni tau    …  …  …  … … ucap mereka kompak.

Akupun hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu duduk tepat di samping teman yang tadi membalas salamku seketika masuk. Dia bernama Zahra. Akrab di panggil Rara. Anaknya manis dan terlihat sangat cerdas.

Jam pelajaran hanya di isi dengan pemilihan ketua kelas dan pembagian struktur kelas bersamaan dengan jadwal piket. Sebenarnya aku sangat kecewa saat Izmi menjadi ketua kelas. Mengapa? Karena dia adalah salah satu dari beberapa gerombolan alumni yang tadi terlihat paling galak, di tambah lagi postur tubuhnya yang besar walaupun bermuka imut.

Waktu istirahatpun tiba. Aku segera menuju ke kantin sekolah yang letaknya sekitar 15 meter dari kelasku. Di tengah perjalanan aku menuju gank para alumni yang sekelas denganku. Mereka sengaja menabrakku hingga aku terjatuh tepat di bawah papan mading.

Akupun segera bangun dengan kedua tanganku bersandarkan pada papan mading. Di sana aku menemukan sebuah pamflet.

Mau bayaran sekolah gratis?

Jadi reporter sekolah aja yuk!

 

Siapapun boleh daftar asalkan mengirmkan karya tulisnya di ruang redaksi M2Net,,

Di tunggu lho!

Sampai tanggal 15 juli 2010

Asli karyamu sendiri lho,,

 

Seketika aku langsung mengurungkan niat menuju ke kantin. Lebih baik ku putuskan untuk kembali ke kelas dan kembali berkutat dengan buku dan pensil agar aku bisa mendaftar dan di terima menjadi reporter di sekolahku tercinta ini.

Aku harus membuktikan bahwa aku bisa menjadi yang terbaik walaupun, aku masuk ke dalam jurusan Ips. Karena aku memang tidak lolos tes seleksi Ipa maupun Mak (Madrasah Aliyah Keagamaan). Suara belpun berbunyi. Namun, aku tetap berkutat dengan pensil dan bukuku dengan imajinasi terus terbang.

\”heh    …  …  …  … … kamu mau masuk M2Net ya?    …  …  …  … … tanya salah satu alumni yang mukannya terlihat paling jelek.

\”iya, memangnya kenapa?    …  …  …  … … jawabku sambil menatap dan kembali bertanya.

\”sok.. sok-an kamu. Aku yakin deh gak bakal di terima    …  …  …  … … celoteh salah satu alumni yang duduknya tepat di belakangku.

\”kamu tuh gak usah daftar aja deh. Dari pada entar nangis gara     …  …  …  … …… …… gara gak di terima. Saingan kamu tuh aiy tau. Dia itu anak yang paling pandai dalam masalah tulis     …  …  …  … …… …… menulis.    …  …  …  … … Celoteh salah satu alumni sambil menunjuk     …  …  …  … …… …… nunjuk anak yang duduknya berada di paling pojok.

\”iya, terimakasih atas sarannya. Tapi saya rasa berusaha terlebih dahulu lebih nikmat di bandingkan menyerah sebelum perang    …  …  …  … … jawabku tegas sambil merapihkan buku     …  …  …  … …… …… buku yang berserakan dan mengambil buku matematikaku yang ada di kolong meja, karena gurunya sudah datang.

\”selamat siang anak     …  …  …  … …… …… anak    …  …  …  … … sapa bu Retno lembut.

\”selamat siang bu    …  …  …  … … jawab kami serentak.

Jam pelajaranpun berjalan seperti biasanya. Kebanyakan dari mereka, terutama para Alumni lebih memilih tidur di kelas dari pada mendengarkan penjelasan guru matematika yang rumit namun mengasyikkan tersebut.

 

* * *

\”kamu udah daftar Cha?    …  …  …  … … tanya Rara teman sebangkuku saat kami sedang jamaah shalat maghrib bersama di masjid.

\”daftar apa Ra?    …  …  …  … … tanyaku kembali.

\”itu lho M2Net. Katanya kamu jadi reporter. Besok terakhir lho    …  …  …  … …

\”aku masih bingung Ra. Aku takut kalo nanti aku kembali gagal    …  …  …  … …

\”Cha, bukannya kamu udah bilang sendiri bahwa berusaha terlebih dahulu lebih nikmat di bandingkan menyerah sebelum perang. Masa kamu lupa sama perkataan kamu sendiri?    …  …  …  … …

\”aku inget sih. Tapi aku gak mau nangis lagi cuman gara     …  …  …  … …… …… gara gagal untuk yang kesekian kalinya. Sakit Ra    …  …  …  … …

\”kamu itu hebat Cha. Kamu masih bisa bertahan dan tersenyum di atas penderitaan kamu sendiri aja itu udah hebat. Terus berjuang Cha pasti bisa. Ra, yakin banget deh.    …  …  …  … …

\”tapi besok terakhir Ra. Aku belum selesai ngerjain cerpenku, sedangkan waktu buat ngerjainnya gak ada    …  …  …  … …

\”kamukan bisa ngerjainnya malam ini cha    …  …  …  … …

\”tapi aku ngantuk banget Ra    …  …  …  … …

\”ya sudah. Besok pagi kamu berangkat pagi aja. Biar nanti aku yang beliiin kamu makan. Gmn?    …  …  …  … …

\”aku gak enak sama kamu Ra?    …  …  …  … …

\”udah deh. Anggap aja ini adalah penghargaan dariku karena kamu tetap mau berusaha    …  …  …  … …

\”okey deh. Tapi sebelum dan sesudahnya makasih ya    …  …  …  … …

\”iya    …  …  …  … …

Seketika Abah kyai datang dan komatpun berkumandang. Kami semua segera berdiri dan mengisi shaf     …  …  …  … …… …… shaf shalat yang masih kosong.

* * *

\”maaf kak aku ke sorean    …  …  …  … … ucapku sambil mengatur nafas yang terengah     …  …  …  … …… …… engah.

\”kemana aja kamu? Untung kakak masih di ruangan    …  …  …  … … jawab seseorang yang saat ini kuanggap kakak, karena aku memang tidak mengenalnya.

\”maaf kak. Tadi aku baru nyalin sepulang sekolah (12:00). Jadinya aku telat deh!    …  …  …  … … jawabku pelan.

\”saat ini kaka maafin. Tapi kalo nanti sudah jadi anggota jangan telat lagi ya    …  …  …  … …

\”iya kak!    …  …  …  … … jawabku penuh semangat.

Akupun segera kembali menuju kamarku yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolahku. Aku segera mencari Rara untuk menceritakan semua yang telah terjadi. Aku memang sudah menganggap Rara eperti saudaraku sendiri. Aku benar     …  …  …  … …… …… benar takut jika nantinya ia tidak ada. Terus dengan siapa aku harus berbagi suka dan duka? Di tengah     …  …  …  … …… …… tengah obrolanku. Izmi yang menjadi ketua kelasku datang dan berkata

\”kamu udah daftar M2Net Cha?    …  …  …  … … tanyanya dibuat     …  …  …  … …… …… buat lembut.

\”udah Mba    …  …  …  … … jawabku singkat.

\”gak bakal keterima deh    …  …  …  … … ucap dia asal sambil kabur dari hadapanku.

Aku hanya bisa tertunduk lesu. Semangtku yang sudah di pompa oleh Rara seketika hilang begitu saja. Aku benar     …  …  …  … …… …… benar serasa di sambar oleh ribuan petir.

* * *

2 Minggu kemudian

\”SELAMAT YA CHA    …  …  …  … …..    …  …  …  … … teriak Rara dari kelas.

\”selamat apaan?    …  …  …  … … tanyaku keheranan

\”kamu keterima di M2Net    …  …  …  … …

\”emang kamu tahu dari mana?    …  …  …  … …

\”tuh liat aja di Mading M2Net    …  …  …  … … jawabnya sambil menunjuk ke sebelah ruang m2net.

\”makasih ya Ra. Tapi aku penasaran nich. Nitip taruhkan bukuku dwonk!    …  …  …  … … ujarku sambil menyodorkan setumpukkan buka. Akupun segera menggeloyor pergi meninggalkan Rara yang masih terpaku melihat sifatku yang sedikit lebih centil.

Aku membaca Mading M2Net dengan seksama. Namun, hingga beberapa menit tak juga ku temukan pengumuman yang Rara maksud. Dengan sangat marah dan kecewa aku kembali ke kelas.

\”kenapa kamu bohongin aku Ra?    …  …  …  … … tanyaku sambil memukul mejanya dengan keras.

\”aku gak bohong kok cha    …  …  …  … … jawab Rara lembut.

\”tapi di sana tidak ada pengumuman tentang test seleksi kemarin    …  …  …  … …

Tanpa basa     …  …  …  … …… …… basi Rarapun segera menarik lenganku dan kembali menuju ke depan Mading M2Net.

\”liat deh, ucap Rara sambil menunjuk ke tulisan yang ada di Mading    …  …  …  … …

 

\”owh yang ini toh? Terus kok kamu bisa tau kalo aku masuk test seleksi 1?    …  …  …  … …

Mau tau hasil test seleksi rekruitmen 1?

buka aja di

www.malhikdua.sch.id

\”iya dwonk. Aku kan udah buka web sekolah kita kemarin. Kebetulan aku baca postingan baru mereka. Makannya aku tahu.    …  …  …  … …

\”wuaduh, kamu emang perhatian ya sama Cha?. Makasih banyak ya Ra    …  …  …  … …

\”yeah pede. Tapi gak apa     …  …  …  … …… …… apa deh. Sama     …  …  …  … …… …… sama ya cha. Moga aja kamu bisa lebih sukses    …  …  …  … …

\”amin.. btw si Aiy keterima gak?    …  …  …  … …

\”iya dia juga keterima Cha. Nilainya juga sama kayak kamu    …  …  …  … …

\”owh    …  …  …  … … kira     …  …  …  … …… …… kira aku bisa gak ya bersaing sama dia?    …  …  …  … …

\”husss.. kamu gak boleh berfikiran untuk saingan sama dia. Lebih baik kamu menjadikan dia itu temen kamu. Agar kamu bisa belajar dari dia. Kita itu harus rendah hati Cha    …  …  …  … …

\”iya deh Bu Nyai.makasih ya    …  …  …  … … jawabku sambil menggeloyor pergi ke kelas. Karena bel sekolah sudah berbunyi.

* * *

aku telah mengikuti beberapa kali test seleksi. Dan hasilnya aku selalu bersaing dengan Aiy. Sebenarnya keinginanku adalah belajar dari dia. Tapi kesombongannya telah membuat niat baik yang pernah di ajarkan oleh Rara sirna begitu saja. Aku benar     …  …  …  … …… …… benar jenuh setiap kali test dia selalu terlihat caper kepada semua tutor ataupun kakak kelas. Aku merasa kehilangan kesempatan untuk menjadi reporter junior. Namun, tuhan berkehendak lain. Semua pikiran negatifku hilang saat aku mendapatkan selembar surat yang menjawab semua keraguanku. Saat itu aku tahu bahwa Allah selalu adil dalam segala hal. Akupun segera bersujud syukur sambil memegang erat surat yang telah menghilangkan keraguanku.

By azzahra

sedikit cuek.. tapi aslinya perhatian. banyak yang bilang cie galak.. hhe.. tapi kreatif.

One reply on “Sahabat Adalah Segalanya”

Comments are closed.